Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Palsu

Dunia in begitu menarik Sejenak aku menatapmu Tapi hatiku seakan merengkuh Dunia luas tampak mengecil Pohon yang bergerak mengikut arah angin Langit yang berarakan awan Pasangan serasi yang menawan Begitu jauh tapi bisa begitu dekat, meski itu semu. Menatap setiap hal seakan palsu Bisa datang, kapan pun bisa enyah Tahu itu, hanya menikmati Seakan esok akan pergi

The Light

Menahan tangis hanya akan sakit. Meski pun begitu jangan ernah menangis terlalu dalam dan terlalu sering. Ada saatnya aku bisa menangis, tapi pada keadaan terberat pun kau tak perlu menangis. Dan dalam keadaan paling bahagia kau bisa menangis. Menangis bukanlah menampilkan kelemahanmu. Katakan pada diri sendiri dan menekankan bahwa menangis bukan saat kita lemah. Hanya dengan menutup mata aku mendapatkan cahaya, karena cahaya yang paling berarti adalah cahaya saat dalam kegelapan. Senyuman terbaik adalah saat kesdihan sedang datang menerpa, saat musibah sedang dijalani, dan saat paling lemah. Senyuman itu sederhana, tapi begitu berarti. Saat dunia berbalik untuk memusuhimu, tersenyumlah! Karena itu berarti bahwa kau adalah orang yang pantas untuk diperhitungkan. Di saat paling teranglah kita memerlukan tenaga yang kuat untuk menampakkan cahaya kita. Karena itu mempertahankan itu lebih sulit untuk mendapatkan. Di saat paling tergelaplah kita dengan mudah menampakkan cahaya kita. Karena

Tembok Besar Cinta

~Kau menyusup dan melisit menjelajah setiap hidupku, tanpa harus menunggu kau meminta,  aku sendiri yang menghancurkan tembok itu. ~ ~Di sanalah aku merasakan sakit hati yang sesungguhnya untuk pertama kali.~ ~Tembok yang berhasil kau hancurkan, mulai kutata lagi, semakin kokoh dan kuat.~ *** Kau tahu kisah cinta takkan pernah berjalan mulus seperti jalan tol? Ya, aku tahu bahkan aku paham. Kau tahu betapa sulitnya aku membiarkanmu pergi, betapa tak relanya diriku untuk melupakanmu. Setiap yang kuingat mungkin bukan hal besar. Ah, aku paling susah mengingat sesuatu, yang jelas kisah-kisah kecil itu mampu meruntuhkan dinding yang dengan susah payah kubangun. Dan dengan pasrah aku menyadari itu, aku mulai menyerah untuk menambal lubang yang kau bobol dengan hal-hal kecil itu. Kau menyusup dan melisit menjelajah setiap hidupku, tanpa harus menunggu kau meminta, aku sendiri yang menghancurkan tembok itu. Tembok yang kubangun begitu kokoh dan tinggi ini. Well, I have a silly reason for it .

Meja, Kursi, Jendela Kaca, dan Senja (1)

Hari ini, aku melirik sepasang bangku dan meja di dekat jendela. Bangku dan jendela itu menyinarkan cahaya yang dipantulkan dari cahaya matahari yang menembus kaca jendela. Terletak di sebuah cafe yang menjual teh kesukaanku dan kopi kesukaanmu. Cahaya itu seakaan memantulkan bayanganmu yang sedang duduk tertunduk, seperti masuk dalam buku yang sedang kau baca hingga tak mempedulikan sekitarmu. Aku terpaku dengan silaunya cahaya itu, meski sedikit menyakitkan mata, aku tetap meliriknya. Saat kau berada di sana, bayangan samarmu itu membuatku sedikit menyipitkan mata karena cahaya, sekarang bayanganmu yang tak pernah jelas lagi membuatku pandanganku kabur. Buku yang kau baca dan segelas kopi yang selalu kau pesan, adalah dunia yang mengikatmu. Terpusat pada sebuah cerita yang kau bacakan. Hingga halaman terakhir sebuah bab, kau menengok kopimu yang ternyata sudah dingin. Sebuah ekspresi yang belum pernah kulihat sebelumnya, wajah kecewamu yang bewarna oranye karena senja sore yang menem

Restoran Cepat Saji

Aku terduduk di dekat jendela, memandang jalan raya yang lebih banyak dioenuhi sepeda motor. Cuaca cukup cerah meski terasa sedikit mendung. Dalam sebuah restoran cepat saji, aku memesan beef burger, minuman soda, dan kentang. Duduk di meja untuk dua orang, meski aku sendiri. Di depanku ada orang asing yang memesan menu yang hampir sama denganku, tapi dengan porsi yang lebih besar. Yang aku salut darinya adalah, setelah selesai makan, dia membuang sampah makanannya sendiri, bayangkan padahal ini di dalam restoran. Betapa mereka mencintai kebersihan. Pandanganku beraliuh pada sebuah bangunan tua di seberang jalan. Bangunan tua ala Belanda, bercat coklat, terdapat sebuah bangunan seperti menara di sebelahnya namun tanpa atap genteng, dan sedikit jendela tanpa bisa dibuka. Ah, ternyata itu bangunan PT PLN.. Arah jam 11 dari bangkuku, rerdapat seorang laki-laki dan perempuan sedang bercakap-cakap. Aku tak bisa mendengar apa yang dibicarakan. Tapi aku menebak bahwa laki-laki itu mendengarka

Rasi Mimpi

Hmm, ya disinilah aku sekarang, Terkulai lemas di atas kasurku. Warna biru selimutku memenuhi kasur itu. Aku baru saja bergadang untuk menyelesaikan tugas. Hampir semalaman aku tidak tidur, dan paginya aku harus mengkonsultasikan tugasku. Yah, beginilah aku , mahasiswi semseter akhir yang sedang skripsi. Dulu, senior pernah mengatakan padaku untuk bersiaplah dalam menghadapi skripsi. Apa semenakutkan itu? Benar saja, aku mendapati diriku sangat ingin menghindari skripsi. Melihat temanku yang sudang seminar proposal sedangkan aku masih awal berkonsultasi proposol, itu untuk pertama kalinya. Ini seperti rantai yang mengikatku dengan sangat kuat. Aku tak tahu apa aku bisa  bebas dari cengkraman yang tak bisa kuhindari ini. Aku masih terdiam tanpa bisa melakukakan apa pun. Tak ingin menyadari apa pun, tapi aku tahu jalan itu harus kutempuh. Saat cita-cita ini sudah dihadapanku, hatiku mulai goyah. Apakah benar ini keinginanku? Tapi mengapa begitu sulit untuk menggapai rasi kesuksesan. Aku

Berhadapan dengan Mimpi

Bercerita sedikit tentang mimpiku saat SMA, Hmm,, Saat itu aku di jurusan IPA, cita-cita sejak SD adalah menjadi seorang guru. Aku tidak begitu mengerti tentang guru, aku hanya ingin menngunakan ilmu yang kudapatkan semasa sekolah. Saat aku kelas X SMA, aku lebih mengenal Bahasa Jepang, aku termasuk pembaca komik yang setia. Meski aku tidak bisa membeli komik jepang, aku biasa menyewa dari penyewaan komik. Ketika SMA ada pelajaran Bahasa Jepang, dalam pelajaran ini aku sangat bersemangat. Selalu memperhatikan pelajaran dan sering mengulang pelajaran di rumah, padahal untuk pelajaran lain, tidak. Bukan karena terpaksa melakukannya, tapi karena aku menyukainya. Aku serius dengan pelajaran bahasa jepang ini, aku ikut ekstrakulikuler juga. Hehe, menyenangkan!! :) Ketika ujian semester, aku mendapat nilai 98, hanya salah satu jawaban di nomer soal yang membuatku sedikit galau. Aku bertekad semakin serius di kelas berikutnya. Kelas XI, aku masuk jurusan IPA, disana aku mengenal teman yang se

Silent Confused

Aku hanya ingin menangisi diriku. Menangis karena diriku sendiri. Terpaku duduk tak bergerak. Hanya termenung tak berdaya. Begitu banyak hal di depanku, menanti Terbentang begitu luas, penuh cabang Pilihanku penentu setiap ujung jalan Tak tahu apa yang menanti di sana Akankah aku tersenyum? Akankah aku tertawa? Akankah aku menangis? Akankah aku bersedih? Aku tak mengerti dan tak tahu Bagaimana jalannya hidup permainkan pikirku Terkadang menangis karena bahagia Terkadang tersenyum karena luka Mengenal banyaknya kesakitan Setiap jenis yang mengatur kelekahan Hanya terdiam terpaku melihat Benarkah yang kulakukan? Seperti melakukan kesalahan Aku semakin terpuruk ke dalam Semakin diam tak terlihat Diriku yang sekarang Sangatlah menyedihkan Apa itu hidup itu? Kenapa begitu membingungkan? Bagaimana semua terjadi begitu saja? Hingga saat ini Aku masih terdiam memandang Tumpukan cabang yang aku pilih Dan bingung membuat semakin terdiam Tapi Aku tak menyesali hidup Meski terkadang merasa tak ber

Hidup Sang Benih

Apa takdir sebuah benih? Aku masih sebuah benih kecil yang tertutup oleh bunga yang indah. Sebuah bunga yang melindungiku hingga aku cukup kuat untuk terbang berkelana. Hidupku dimulai dari sebuah benih kosong tanpa bekal apa pun. Dan bunga ini dengan setia memberiku makanan dan kenyamanan. Demi hidupnya, dia berada di tempat yang selalu terkena cahaya matahari, cukup air untuk meberi sebuah kehidupan. Meski tempat itu berada sangat terlihat dan berbahaya. Di sebuah jalanan yang dipenuhi orang yang berjalan. Bunga ini sendirian, berjuang demi kehidupan berikutnya. Tapi dari sana, terlihat sebuah taman yang indah dan tertata rapi, terlindungi dari bahaya bahkan dijaga sepenuh hati oleh penjaga taman. Bunga ini tak begitu indah, dia hanya sebuah jenis rumput dengan bunga berwarna ungu, rumput seperti ini biasanya hidup bersama dengan lainnya, tapi berbeda, dia sendirian. Aku yang hanya bisa melihat keadaan luar dari dalam dengan lindungan selaput tipis pelindungku. Setiap ujian  pun berl

Langit-langit Kamar

Aku ingin menghancurkan kenangan itu, aku ingin bertahan pada kenangan itu, aku tidak mengerti diriku. Aku ingin kembali ke masa kecil  dimana aku bisa katakan apa yang aku rasakan, aku inginkan, dan aku lakukan. Tanpa merasa takut , aku melakukan segala hal yang belum bisa kumengerti. Tanpa menanyakan alasan, aku lakukan apa yang ada dihadapanku. Membuat kesalahan dengan mudah dan hanya tersenyum untuk memperbaikinya Masa kecil  dimana aku membuat kesalahan-kesalahan kecil dan orang hanya menggelengkan kepala, memaklumi. Aku yang tak tahu masa itu akan lewat begitu saja, aku membuangnya begitu saja. Kenangan yang ingin kulupakan, tapi begitu berharga. Kenangan yang takkan mungkin hilang dari masa laluku. Melekat dengan erat dalam hidupku, mengiringi setiap langkah. Aku hanya ingin menjadi anak kecil yang bisa menangis tanpa merasa malu. Tentu saja aku tidak bisa mengulanginya bahkan ketika aku mencoba bersembunyi di kota tak dikenal, aku hanya memeikirkan yang sedang terjadi di luar j

Dodon : Matimatika -_-"

Dodon, si anak cungkring bertubuh tinggi, berbadan gelap segelap semut hitam yang lagi nangkring di baju hitam. Mukanya sih standar, standar abang becak. Dibilang cakep, lumayan lah! Lumayan dikit, sekitar 5% di belakang kuping, lumayan ada tailalat gede yang katanya benda keberuntungan. Yah, mo gimana lagi, padahal dirinya suka sial. Kenapa tuh sial selalu nempel sama si Dodon, apa sih salah Dodon kok sampe sial setia banget. Apa karena Dodon terlalu manis? bangganya sendiri, saking manisnya sampe diinggapi semut hitam, jadi ga keliatan mukanya. Walau pun ga ada indah-indahnya untuk dipandang, tapi temen-temennya suka banget mandang Si Dodon. Gimana ga di pandang, liat aja mukanya, ga ngapa-ngapain aja udah bisa bikin orang ngakak, apalagi kalo lagi nglawak di depan kelas, bujubune, mulut sampe berbusa gara-gara ketololan yang dia bikin. Pernah tuh di dalam kelas, Dodon maju ke depan karena disuruh Pak Bison ngerjain soal matematika. "Padahal udah tau, ngebaca simbol matematika a

True Feelings

Pernah merasakan cinta yang tak bisa dilupakan? Kalau pun terlupa, itu hanyalah pura-pura, bukan? Bahkan itu hanya sekedar pengalih perhatian, kan? Ya, aku pernah mendapatkan cinta seperti itu, hingga aku selalu menunggu mu, meskipun aku tidak mengatakannya. Benar saja, perasaan itu tak bisa kulupakan dengan mudah. Hingga saat ini, senyum mu terlihat jelas. Saat aku menutup mata, kau ter lihat dengan sangat jelas. Dan kau tahu? betapa sakit mengingat segalanya, betapa sakitnya tidak bisa melupakanmu. Hatiku terasa sesak saat menyadari perasaan itu masih jelas ada dalam hidupku. Kau berdiri tegap dihadapanku, melakukan hal-hal konyol yang hanya bisa dilakukan olehmu. Tanpa susah payah, kau membuatku melepasakan tawaku. Dan dengan lantangnya aku melempar senyum  bahagia untukmu. Hari-hari itu, aku belum menyadari perasaan yang masuk dalam hatiku. Yang aku tahu, aku hanya nyaman bersama denganmu. Dan hari berjalan sangat cepat saat aku bersamamu, setiap senyum an yang tak terhitung, muncu

First Sight

Hujan rintik. Aku termenung di jendela dengan tirai bermotif bunga matahari, motif cerah di hari kelabu. Aku memandang jauh ke langit, melihat abu-abu terbentang hingga horizon. Matahari tak tampak, mengintip pun tidak. Aku terduduk di jendela, mendengarkan rintik hujan yang mulai turun, tanda keras bahwa hari ini matahari takkan muncul sekalipun. Malam pun datang, mencoba membawa bulan, tapi percuma abu-abu itu masih bertengger di langit, tak membiarkan cahaya bulan masuk sedikit pun. Aku masih termangu di dekat jendela, duduk terdiam memandang latar halamanku yang basah karena rintik hujan di sore tadi. Langit hari ini benar-benar tak berekspresi sama sekali. Rasa dingin mulai menjangkiti kulitku, aku berdiri dan berjalan ke arah kasur untuk mengambil selimut tebal bewarna kuning, kulilitkan ke tubuhku yang mulai kedinginan, lalu aku berjalan menuju jendela. Terduduk mendekap kaki dan mencoba menahan rasa dingin yang masuk melalui jendela kaca itu. Dengan kamar dalam keadaan tetap ge

Feverfew From Mother

Feverfew From Mother                                       Malam ini seperti malam-malam  s ebelumnya, dengan bulan penuh tanpa bintang-bintang. Kuingin melihat bintang-bintang yang akan selalu berkedip padaku tanpa kuminta. Meski ada bulan, bulan yang kulihat hanyalah bulan pucat yang tak begitu menyinari malamku. Kuingin melihat bulan yang tersenyum indah yang akan memecah malam kesepianku.            Walau kutahu permintaanku tidak akan terkabul dengan ibu yang protektif dan yang terlalu melindungiku. Kutahu dia melakukan hal itu karena sayang padaku, tapi aku sudah dewasa  untuk melakukan apa yang kuinginkan sekarang.            Aku tahu memang berat jadi  single parent , kadang-kadang aku merasa kasihan kepada ibuku yang harus melakukkan berbagai hal untuk membuatku betah dengannya. Sering kali aku yang memasak makan malam ketika ia pulang malam. Aku tak bisa melakukkan banyak hal yang berguna baginya jadi aku selalu mematuhinya agar tidak menambah beban baginya.            Malam