Kau berjalan pincang sendirian di jalan itu. Jalan yang kau sebut mimpi. Berliku dan penuh dengan belokan tajam. Tak jarang kabut menutupi jalanmu, membuat langkahmu semakin pincang. Satu kaki tambahanmu tak membantu sedikit pun. Kau terus berjalan, lalu kau lihat jalan berbatu di depanmu. Pijakanmu tak berhenti sedikit pun. Berjalan seakan bebatuan tajam tak terasa sakit di telapak kakimu. Berani bertaruh, beberapa batu menggores kapalan-kapalan di kakimu yang sudah mati rasa. Sesekali kau harus meripit ke pinggir jalan karen ada yang ingin mendahului. Semak belukar yang tajam dan tertimpa dinginnya embun pagi adalah alarm untuk terus melaju. Jaket tebal yang terpasang rapi seperti tak ada gunanya. Ah, tapi ini adalah pemberian orang yang tercinta, setidaknya jaket itu menghangatkan pikiran. Berjalan lagi menyusuri jalan setapak yang semakin kecil. "Sudah sampai," katamu dalam hati. Jalan setapak selebar satu meter dan bersanding dengan jurang lebih dari 100meter hanya mengh