Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

ESTUARY (The Star Lily Lake) // BAB III Mr. McHale

Hari kedua aku di kota ini, kegiatanku mebereskan barang-barangku. Mulai meletakkan baju di dalam lemari pakaian, menata meja belajar, dan merapikan buku-buku dalam rak buku. Hari pertama yang kulakukan malah berada di luar rumah, disebabkan oleh Emily, oleh karena itu dia membantuku menata kamarku. Tapi yang terjadi malah perdebatan sengit dalam meletakkan barang yang 'seharusnya', dimulai dari pakaian yang ditata berdasarkarkan warna, sedangkan aku merasa lebih baik dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Buku yang kata Emily lebih baik diletakkan berdasarkan besarnya agar terlihat bagus, sedangkan pendapatku letakkan sesuai genrenya. "Emily jangan letakkan jam waker itu di jendela!" sedikit berteriak, karena aku mulai lelah. "Cheryl! Ini akan tampak bagus jiga diletakkan disini." jawabnya dengan meletakkan jam waker di tengah ambang jendela. "Tapi, akan sangat sulit meraihnya saat aku ingin mematiknnya, lagipula aku sengaja mengosongkan te

Kata 'tanpa' Waktu

Tuhan beri aku kata agar dia paham Tuhan beri aku waktu agar dia tahu Tapi dia tak mau mendengar Tapi dia selalu menghindar Tak mengerti ucapannya hanya bisa rasakan Tak tau ini benar atau salah hanya bisa menerima Hanya bisa diam Hanya bisa memandang agar dia tahu Aku menyukai tangan lembut itu yang selalu membekas dipipiku Tapi Aku benci barang yang dia bawa tak pantas di tangan itu dan berbekas terlalu lama padaku "Hei kenapa kau hanya berdiri disana?" "Ah, wajahmu basah." "Hei, apa begitu menyakitkan melihatku?" Rautnya berubah menakutkan Disini aku hanya menangis Karna dia juga merasakan sakit Sakitku tak seberapa Karena akan menghilang Aku tak tahu sebesar apa sakitnya Tapi, Jika ini yang bisa kulakukan tuk hilangkan sakitnya Aku siap menerima Maaf, hanya sebentar aku bisa membantu Maaf, jika hanya bisa menambah rasa sakit Hari ini Tak lagi aku bisa merasakan sakit Tapi tangisnya begitu berbeda Aku sangat bahagia, Tuhan karena akhirnya aku bisa melih

ESTUARY (The Star Lily Lake) // BAB II Smith

Jalan setapak yang kami lewati sangat gelap, apalagi ditutupi dengan ilalang yang tinggi. Cahaya dari senter kecil yang dibawa hanya menerangi jalan setapak di depan, dengan mata masih mengantuk, aku hanya bisa melihat jalan buram di depanku. Tangan Emily masih menarikku, untuk mengikuti kecepatan jalannya, kadang-kadang aku tersandung kerikil, aku bersyukur aku tidak jatuh terjerembab. Jalan itu hanya tanah yang sedikit becek karena udara dingin malam hari, tanpa terjatuh pun, udara dingin sudah melewati tulangku, padahal Emily sudah memakaikanku jaket tertebal yang kumiliki, syal biru kesukaanku, dan topi rajut dengan warna hijau menyala yang dipinjamkan Emily. Beberapa menit kami berjalan, aku mulai melihat ujung jalan setapak yang mengarah ke danau, nampak lampu-lampu kecil yang menari-nari, cahaya dari lampu itu tak seperti cahaya senter kecil milik Emily. Dan ketika aku benar-benar sampai di pinggir danau, kantukku menghilang dan aku membelalakan mataku, melihat hal yang menakj

ESTUARY (The Star Lily Lake) // BAB I Lauer House

"Hoah...!" sejak kapan aku tertidur di mobil? Ah, mungkin setelah dari bandara. "Ayah, sekarang kita sudah sampai mana?"tanyaku pada ayah yang sedang menyetir di depan. "Kau sudah bangun? Ah, kita hampir sampai. Lihatlah keluar!" Aku melihat keluar jendela mobil. Wow, kabutnya sangat tebal. Aku tidak pernah datang ke tempat dengan kabut setebal ini, mungkin sekarang masih pagi buta dan kota ini sangat terpencil -hingga aku lupa namanya-. Otakku mulai bekerja, memikirkan apa yang akan aku lakukan di kota kecil ini, setelah aku menemukan teman baru. Aku mulai bersemangat memikirkan banyak hal dengan duduk dekat jendela dan tak berhenti menatap pemandangan kabut. Kabut yang menutupi tidak membuatku fokus pada pemandangan sepanjang perjalanan, aku hanya memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah sampai. Lalu mobil berhenti, ayahku memarkirkan mobil di depan rumah yang tampak seperti sebuah rumah di dalam film horor. Rumah ini sangat ...., ah, aku memiki

Refreshing Friends

Hai, sedikit selingan nih mau kutulis, sebenarnya berawal dari updetan dari salah satu social media, niatnya cuma dikit, eh jadinya kepanjangan. So, aku post di-blog aja. Semacam coret-coret di piggiran kertas. Lagi ngobrolin yang namanya, REKREASI atau bisa disebut refreshing . Yang namanya rekreasi, kalau bisa yang nggak membebani kantong kita dong! Kalau udah membebani, namanya jadi beban. hahahaha. Kalau bisa, rekreasi itu yang hemat-hemat aja(kalau beruntung, ya dapet gratisan). Pengeluaran untuk rekreasi minimal buat transport dan makanan aja, kalau bisa jangan berlebihan. Karena aku termasuk salah seorang yang mengikuti paham hemat, bahkan terkadang sampai pelit, jadi rekreasi itu simpel aja. Ga perlu jauh-jauh, ga perlu mewah-mewah, ga perlu tempat rame, ga perlu tempat hits, yang pening hemat. Rekreasi bagiku sesimpel keluar rumah dan ndeprok  di kasur atau duduk-duduk depan leptop, minimal ga dalam rumah dan sekitarnya. Kalau lagi suntuk-suntuk banget, minimal bisa ngeliat  p

Meja, Kursi, Jendela Kaca, dan Senja (2)

"Ah, gadis itu lagi," desahku. Buku yang dia bawa selalu tebal dan besar, seperti album foto. Pertama kali aku melihatnya berada di trotoar depan cafe, sedang memunguti begitu banyak buku dan sketsa yang super besar, sangat tidak seimbang dengan tubuhnya yang kecil, ah, mungil. Kaca mata kecil yang selalu melorot membuatnya semakin repot saja. Menarik. Aku meneguk kopiku dan melanjutkan membaca buku yang pagi tadi kutemukan di rak bukuku. Buku lama yang sudah tak diterbitkan, buku yang sangat tipis, tapi berisi hal yang menarik. Sebuah buku kumpulan cerpen 100 kata dari berbagai penulis. Tidak semuanya penulis terkenal, tapi buku ini sangat menarik. Setelah kuselesaikan setengah buku, aku baru menyentuh cangkir kopiku, "sudah dingin ya," kataku dalam hati. Akhirnya aku memandang keluar jendela, matahari sudah setengah tenggelam, tapi cahaya matahari masih membuatku silau. Beberapa saat pikiranku melayang ke kejadian minggu lalu yang membuatku gusar, tapi masalah itu