Skip to main content

Perang Dingin

Waktu memandangmu aku hanya terdiam. Entah apa yang membuat dirimu berbeda. Ataukah karena tembok besar yang kau bangun itu, menghalangi segala hal baik yang akan engkau terima. Kau hanya punya satu pintu di ujung bentengmu, hanya bisa dilewati oleh orang yang kau pilih. Tak menghiraukan orang lain, yang sudah rela berbaris untuk masuk, tapi engkau menolaknya dengan sikap tak peduli.

Dia tak sekali mencoba untuk berbaris di sana, meski dengan cara lain kau tetap mengusirnya secara dingin.
Entah apa yang kau pikirkan, tapi kami masuk bukan untuk meruntuhkan bentengmu, kami hanya ingin bersamamu.

Demi sebuah ideologi yang kau pertahankan. Tentang kriteria orang yang mampu masuk.
Demi sebuah keegoisanmu tentang kehidupan. Segala apa yang kau inginkan haruslah nampak di depanmu.
Kau benci dengan satu hal, sehingga kau akan membenci segalanya
Kau selalu memandang dari satu sisi, yaitu pintu kecil di sudut itu.
Kau benci dengan segala yang tidak cocok denganmu
dan kau akan membenci segalanya.
Kau pertahankan ketidakadilan itu pada dirimu demi prinsip yang ingin kau pertahankan.

Hanya diam yang bisa kami lakukan, hanya sakit yang kami rasakan saat kau mengacuhkan kami.
Itu cukup untuk membuatku berpikir, aku akan berada di zona aman yang kau tentukan, dalam sebuah keterpaksaan.

Comments

Popular posts from this blog

New Cover | Estuary (The Star Lily Lake)

↑ Full Version ↑ ↑ Front Cover Only ↑ More info: © photo to the artist Edited by M.P Use PhotoScape

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019

Bangku Taman, 1 Juli

Jalan sepi yang lenggang itu, dengan paving abu-abu yang mulai berlubang. Jalan ini selalu tampak sepi, jarang ada orang yang melewatinya apalagi ketika hujan bahkan petugas kebersihan pun jarang membersihkan jalan ini. Tidak heran, jalan ini sepi karena terletak di bagian paling pojok sebuah taman. Daun-daun yang berserakan yang hampir tiga hari tidak dibersihkan. Meski jarang dilewati bagian taman ini sangat indah, terdapat pohon maple besar  di setiap sisi-sisi jalan, hamparan rumput hijau yang bersanding dengan berbagai macam bunga, seperti mawar, aster, gerbera, iris, dan lily. Ada juga sebuah sisi dengan deretan bunga matahari. Saat musim semi tiba, hijau dedaunan akan nampak sangat indah, daun yang bertebangan karena musim semi seperti hujan hijau yang tampak indah. Ketika malam tiba, dari taman bagian ini juga bisa melihat berbagai rasi bintang. Taman ini hanya diterangi beberapa lampu taman, sehingga cahaya bintang akan terlihat berkelip indah. Di bawah sebuah pohon mapl