Ini cerita singkat yang mengisahkan seorang gadis yang memiliki teman kecil. Sang teman merupakan teman kecil ketika dia kelas 1 SD. Mereka adalah teman sebangku yang suka sekali bermain bersama ketika pelajaran berlangsung.
Aku sudah kelas 1 SD saat itu, pertama aku duduk dengan teman TK-ku, anak dari teman ibuku di pabrik. Selama satu bulan, kamu murid kelas satu duduk di tempat yang diinginkan dan masih boleh ditunggu oleh orang tua masing-masing. Tapi aku yang memang sudah mandiri sejak TK, lebih tepatnya sering ditinggal kerja oleh orang tuaku, sudah bisa berangkat dan pulang sekolah sendiri, meski terkadang di jemput oleh Budheku.
Setelah sau bulan, kami mendapatkan tempat duduk yang telah ditentukan oleh guru kami. Aku mendapat tempat duduk dengan seorang anak laki-laki berkulit putih, lebih pendek dariku, berwajah sangat imut, berambut lurus dengan warna hitam, dan tawa yang manis. Saat itu aku masih kelas 1 SD, masa tidak mengetahui apa yang dinamakan cinta.
Kami berteman dengan cepat, mengobrol berbagai hal. Entah apa yang dia pikirkan tentang aku, tapi aku bersyukur bisa duduk di sebelahnya. Walaupun kami hanya berteman di sekolah karena setiap pulang sekolah dia dijemput oleh becak yang telah disewa oleh orang tuanya. Rumah anak itu tidak jaih dari rumahku, tapi karena tinggal di tempat yang lumayan sepi, dia jarang keluar rumah.
Yang masih aku ingat darinya adalah saat kami saling berebut wilayah meja di kelas, kami selalu membuat batas di meja dengan buku dan terkadang kapur. Saat istirahat barulah kami berbincang dan makan bekal bersama. Kami berteman cukup baik, tertawa, bermain, bercanda, dan bercerita bersama.
Saat akan naik kelas 2 SD, aku mendengar sebuah berita mengejutkan bahwa dia, teman sebangkuku akan pindah sekolah. Aku lupa bagaimana ekspresiku saat itu, entah sedih atau hanya berwajah polos dan tidak tahu apapun. Saat itu, aku belum mengerti arti dari sebuah perpisahan. Dan saat aku tahu apa itu perpisahan, andai aku dapat kembali ke waktu itu aku akan mengatakan "Aku senang berteman denganmu. Segalanya adalah hal bahagia bagiku."
Meski aku sudah tidak begitu mengingatmu, aku berharap, aku bisa bertemu denganmu. I miss you.
Aku sudah kelas 1 SD saat itu, pertama aku duduk dengan teman TK-ku, anak dari teman ibuku di pabrik. Selama satu bulan, kamu murid kelas satu duduk di tempat yang diinginkan dan masih boleh ditunggu oleh orang tua masing-masing. Tapi aku yang memang sudah mandiri sejak TK, lebih tepatnya sering ditinggal kerja oleh orang tuaku, sudah bisa berangkat dan pulang sekolah sendiri, meski terkadang di jemput oleh Budheku.
Setelah sau bulan, kami mendapatkan tempat duduk yang telah ditentukan oleh guru kami. Aku mendapat tempat duduk dengan seorang anak laki-laki berkulit putih, lebih pendek dariku, berwajah sangat imut, berambut lurus dengan warna hitam, dan tawa yang manis. Saat itu aku masih kelas 1 SD, masa tidak mengetahui apa yang dinamakan cinta.
Kami berteman dengan cepat, mengobrol berbagai hal. Entah apa yang dia pikirkan tentang aku, tapi aku bersyukur bisa duduk di sebelahnya. Walaupun kami hanya berteman di sekolah karena setiap pulang sekolah dia dijemput oleh becak yang telah disewa oleh orang tuanya. Rumah anak itu tidak jaih dari rumahku, tapi karena tinggal di tempat yang lumayan sepi, dia jarang keluar rumah.
Yang masih aku ingat darinya adalah saat kami saling berebut wilayah meja di kelas, kami selalu membuat batas di meja dengan buku dan terkadang kapur. Saat istirahat barulah kami berbincang dan makan bekal bersama. Kami berteman cukup baik, tertawa, bermain, bercanda, dan bercerita bersama.
Saat akan naik kelas 2 SD, aku mendengar sebuah berita mengejutkan bahwa dia, teman sebangkuku akan pindah sekolah. Aku lupa bagaimana ekspresiku saat itu, entah sedih atau hanya berwajah polos dan tidak tahu apapun. Saat itu, aku belum mengerti arti dari sebuah perpisahan. Dan saat aku tahu apa itu perpisahan, andai aku dapat kembali ke waktu itu aku akan mengatakan "Aku senang berteman denganmu. Segalanya adalah hal bahagia bagiku."
Meski aku sudah tidak begitu mengingatmu, aku berharap, aku bisa bertemu denganmu. I miss you.
Mita~
Comments
Post a Comment