Skip to main content

Q & A

"Hoaaaah!" Queen melihat jam dinding di depannya dengan mata separuh terbuka. Sedikit merenggangkan badan dan membuka selimut, dia mencoba melihat jam berapa sekarang. Lama dia memandangi jam dinding itu, lalu melongo karena kaget jarum panjang di antar 6 dan 7, dan jarum pendek di antara 7 dan 8. Dia mengingat hari ini, "hari ini hari senin, gumamnya santai dan mulai menata rambutnya yang berantakan. "Eeeeeeeeeeeh!" teriaknya keras."Huwaa, senin kan kuliahnya Pak Made, wah dosen killer, gawat!" secepat kilat Queen menuju kamar mandi untuk mandi, meski air sangat dingin di pagi itu, dia sudah tidak menghiraukan lagi.

Sepuluh menit kemudian Queen sudah siap untuk berangkat kuliah. Dia menuju meja makan dengan lari-lari kecil menuruni tangga, "Non, jangan lari-lari! Nanti jatuh,lho!" nasihat dari Bi Imah, asisten rumah tangga alias pengurus Queen sejak kecil.
"Iya, Bi! Aku tak sempat makan udah telat, nih! teriak Queen yang sudah di depan pintu.
"Wah, Non! Kalau tidak makan nanti sakit. Di bawah bekal aja ya, Non! Udah bibi siapin." sambil berlari kecil Bi Imah menghampiri Queen. Setelah Queen mengambil bekal itu, dia langsung lari, sedangkan Bi Imah hanya memandang dari pintu itu.

Queen adalah gadis mungil yang periang, dia terlihat seperti tak pernah mengalami kesulitan di dalam hidupnya. Gadis sempurna yang memiliki ayah seorang kontraktor terkenal dan sukse di ibu kota. Queen selalu mendapatkan apa yang diinginkannya jika ia mau. Dia bisa diantar sopir ke kampus atau mengendari mobil sendiri ke kampus. Tapi, dia tidak suka itu, dia lebih suka naik angkot atau bus kota untuk pergi kuliah, jika terpaksa dia naik taxi karena kemalaman. Queen sangat rendah hati dan terkenal baik di kampus, dia seperti putri impian di kampusnya. Namun, karena itu pula lah yang membuat Queen kesepian, dia tidak memiliki teman baik apalagi sahabat untuk mendengarkan curhatnya. Segala cerita yang ia miliki hanya diceritakan pada diary kesayangannya dan jika dia butuh pendapat dia akan menanyakan Bi Imah atau Pak Farit, supir merangkap tukang kebun di rumahnya.

Queen sudah turun dari angkot, dia berjalan menyusuri trotoar dengan berlari. Keringat sudah mulai muncul di keningnya, hari ini cuaca sangat panas. Sedang tergesa-gesa mengejar jam kuliah, tiba-tiba Queen mendapatkan kejutan dengan lemparan gelas plastik berisi kopi, beruntunglah kopi itu tidak begitu panas. Gelas itu dilempar dari jendela mobil sedan mewah bewarna putih bersih dan masih berkilau. Queen menghafalkan nomor plat mobil iti, karena mobil itu masuk ke kampus yang sama dengan kampusnya.

Queen terhenti di trotoar itu dengan melihat pakaian putihnya dengan bercak noda di sekujur kanannya, tanganya mulai terasa lengket karena kopi. Dia mencari tissue di tasnya, tapi tak ditemukanya. "Ah, hari senin gila. Aku lupa bawa tissue. Mobil sialan, buang sampah sembarangan, awas!" umpatnya.



Queen langsung teringat dengan kuliahnya, sudah waktunya, berharap bisamelakukan sesuatu dengan jarum jam yang menunjukkan pukul 08.20. Dia gugup dan berlari lagi menuju kelasnya. Sampai di kelas, dia mengumpulkan tenaga, menarik napas dan menenangkan diri, lalu mengetuk pintu dan membukanya.
"Permisi, Pak! Maaf saya terlambat!"
Dosen yang sedikit tua dengan rambut yang sedikit beruban itu, menatap Queen tajam, "Saya tahu kamu terlambat! Lalu?"
Queen hanya melongo mencari jawaban yang tepat di otaknya, "Maaf, Pak! Boleh saya ikut perkuliahan Bapak?"
Dosen itu sedikit mempertimbangkan ucapan Queen, sebelum dia tahu ada noda besar di pakaian putih  di pakaian Queen yang putih,"Anda ingin ikut perkuliahan saya dengan pakaian kotor itu?!" dengan menunjuk noda di baju Queen. "Anda sangat tidak menghormati saya, ya! Keluar!" Dosen itu memang tidak berteriak saat menyuruh Queen keluar, tapi itu cukup mempermalukan Queen di depan mahasiswa yang sedang ada di kelas itu. Dosen itu memang terkenal killer, perjanjian kuliah terlambat hanya 15 menit, sih!

Queen berjalan lemas ke arah parkiran mobil untuk pergi ke kantin. Dengan menggerutu karena kesialannya hari ini. Dia melewati mobil yang membuatnya berhenti. Sedan putih dengan plat nomor yang dikenalnya. Mobil yang menyiramnya. Queen berdiri di depan mobil itu beberapa menit dan mengamati mobil itu.

Seorang laki-laki datang menghampiri Queen, "Hoi, ngapain lo?!" dengan nada sedikit curiga dan nada keras.
Queen kaget, dan memandang laki-laki itu, laki-laki itu memakai kaos biru, celana jeans, dan sepatu cokelat. Laki-laki itu cukup tinggi, berparas cukup tampat, rambut pendek yang nyaris gundul, matanya lebih sipit dari Queen dan memiliki bola mata cokelat yang indah, kulit putih yang terawat, ciri-ciri itu bisa dibilang tampan. Tapi kelakuannya sangat buruk, "Heh, lo tadi buang gelas plastik berisi kopi dari mobil ya?"
"Hah?!" Jawab laki-laki itu singkat, yang membuat Queen semakin sebal. Tapi berselang beberapa detik, laki-laki itu menyadari sesuatu, "Ah! Maaf, tapi bukan aku yang membuat itu ke jalan!"
"Kau tak mengaku? Hoi, kau tahu kan gunanya tempat sampah, kan?! Buang sampah itu jangan sembarangan! Gara-gara kau meninggalkan noda kopi di bajuku, aku ga ikut kuliah." Queen semakin marah dan meninggikan nadanya, membuat laki-laki itu tersinggung.
"Heh, itu bukan salahku, dan aku udah minta maaf! Lagian,lo kan bisa ganti baju?"
"Oi, emang gue harus bawa pakain kemana-mana, lo kira gue mau pindahan apa?" Queen semakin sebal. "Heh, lo kira buang kopi sembarangan ga bahaya apa, gimana kalo tangan gue melepuh? mau tanggung jawab, hah?"

Cowok itu maju ke arah Queen dan menarik tangan Queen. Terlihat kulit putih itu memag memerah karena terkena panas. Perih karena panas saat tangan laki-laki itu menempel di tangan Queen, entah perih apa itu, tapi jantung Queen berdetak lebih cepat dari biasanya. Lalu laki-laki itu membuka mobilnya dan mengambil jaket cokelat. Dia melemparkan jaket itu ke wajah Queen. "Minggir!" Katanya ketus. Karena itu Queen semakin marah, tapi laki-laki itu tidak ada niat untuk menghentikan laju mobilnya, jadi Queen pun minggir.

Queen memakai jaket itu, jaket wangi dan nyaman meski sedikit kebesaran. Dengan begini dia bisa ikut kuliah berikutnya. "Huh, siapa sih cowok sialan itu?" umpat Queen.

***
"Haaah!" Alex menghela nafas panjang. Di kamar yang cukup besar dan rapi itu, dia hanya terdiam di atas kasur empuknya, memikirkan apa yang dia lihat kemarin malam. Alex melihat Rina, pacarnya yang sangat dia sayangi sedang duduk di sebuah cafe dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu adalah teman kakak Rina sendiri, seorang pengusaha sukses yang lumayan tampan dan berkelakuan baik. Mereka berpegangan tangan dan terlihat asyik berbicara, Rina terlihat bahagia saat itu, Padahal Alex sudah memutuskan untuk mencitai Rina seutuhnya, tapi apa yang dilihatnya malam itu, membuat hati Alex pecah berkeping-keping.

Paginya Alex menanyakan kejadian malam itu pada Rina, bertengkar atas segala hal. Rina mengatakan bahwa Alex sangat egois, membosankan, dan terlalu over protective. Alex terlalu sempurna untuk Rina, Alex selalu membuat Rina cemburu karena Alex sangat populer di antara wanita kampusnya. Hubungan Rina dan Alex bukanlah hubungan yang baru terjalin, mereka sudah menjadi sepasang kekasih selama dua tahun, kedua sudah memperkenalkan ke keluarga masing-masing, meski ayah Alex tidak setuju, tapi Alex tetap mencintai Rina.

Pertengkaran pagi itu, saat Alex mencoba memegang tangan Rina untuk meminta pengertia, Rina menepis tangannya sehingga gelas plastik berisi kopi panas yang dibawa Rina terlempar keluar dan terkena seorang gadis. Gadis mungil itu, berkulit putih, dengan rambut pendeh sebahu dan lurus, memiliki mata lebar seperti anak kecil, bola mata hitam, dengan bulu mata lentik bertengger sukses membuat mata itu begitu menarik. Tapi pikiran Alex sangat kacau sampai tidak bisa menghadaoi gadis itu dengan biasa, Alex melampiaskan amarahnya pada gadis yang tidak tahu apa-apa itu.

Keesokan paginya, Alex masih malas untuk berangkat kuliah, jadi dia hanya terduduk di kamarnya seharian dan mencoba menghubungi Rina untuk menjelaskan dengan tenaga, malam ini dia akan bertemu dengan Rina di taman biasa mereka bertemu.

Malamnya, Alex sudah berada disana lebih cepat 10 menit. Dari kejahuan dia melihat Rina menggandeng laki-laki yang dilihat Alex saat di Cafe malam itu. Amarah Alex semakin memuncak. Kedua orang itu mendekati Alex, Rina mengucapkan kalimat lebih dulu, "Alex, maafkan aku! Tapi aku sudah tidak bisa bersamamu lagi. Maaf!"
Alex sangat terkejut dengan pernyataan itu, "Sejak kapan?"
Kedua orang itu gugup mendengar pertanyaan itu, keheningan meliputi sejenak, dengan berat hati Rina menjawab, " setahun yang lalu."
"Jadi, kau menipuku selama setahun, kau membodohiku? Kau pikir aku ini laki-laki apa hah? Apa aku ini hanya sekedar boneka bagimu?" bentak Alex dengan nada tinggi membuat laki-laki yang menemani Rina marah.
"Heh, sabar!" laki-laki itu menengahi Alex dan Rina.

Alex yang tidak tahan menonjok wajah laki-laki itu hingga berdarah dan Rina memisahkan mereka. "Alex, stop! Aku tidak mencintaimu lagi, apa pun yang kau lakukan. Ku mohon hentikan!" Rina memohon dengan menagis. Alex meninggalkan sepasang kekasih itu.

Alex berjalan dengan amarah, hujan pun turun, Dia berlari cepat menuju halte terdekat dan duduk termenung di sana. Merasa sendirian itu menyakitkan, ya?

***
Hari sudah larut dan Queen baru pulang, dia berjalan cepat ke arah halte terdekat. Dia melihat laki-laki yang kemarin bertengkat dengannya terduduk lesuh di halte itu, seperti menyesali sesuatu. Sedikit taku, Queen duduk di sebelah laki-laki yang basah kuyup karena hujan itu. Queen menarik jaket dari tasnya dan memberikannya pada laki-laki itu untuk menutupi raut mukanya,"cowok dengan wajah menyedihkan itu tidak enak dipandang," ujar Queen.

Laki-laki itu hanya diam selama beberapa menit ditemani oleh Queen. Di halte itu hanya ada Queen dan Alex dengan segala kesunyian yang menyisakan bunyi hujan. Setelah hampir setengah jam terdiam, Alex mulai bicara, "terima kasih."
"Sama-sama. Aku hanya mengembalikan jaketmu saja."
Alex melihat jaket yang ternyata memang miliknya.

"Hmm, dingin ya!" Queen bicara agar tidak terjebak di keheningan lagi. "Eh, namaku Queen. Queen Shinta Pratama. Siapa namamu?" tanya Queen dengan segala senyuman yang bisa dikeluarkan.
Alex menjabat tangan Queen, "Alex. Alex Raharditama". Saat itu juga Queen merasakan perasaan yang pernah dia rasakan dua hari lalu saat laki-laki itu menyentuh tangannya. Jantungnya berdetak lebih cepat  dari biasanya, dia suka perasaan ini, tapu juga takut.

"Hmm, jika kau mau. Kau bisa mengatakan apa pun yang kau mau dan aku akan berpura-pura tidak mendengar," tawar Queen.
Alex tersenyum tipis dan Queen merasanya jantungnya lebih cepat berjalan.
Alex menceritakan kisahnya pada Queen, segala perasaannya dan segala kekecewaanya. Queen tanpa komentar mendengarkan segala yang dikatakan Alex hingga akhir.

"Sebentar lagi kau akan berada di awal yang berbeda. Mungkin kau akan menyesali hari ini, tapi besok pagi, kau akan mengatakan selamat tinggal pada hari kemarin dan terus maju. Itu adalah pagi penuh harapan, benar-benar indah. Dan jangan lepaskan satu pun kesempatan. Mungkin saja ini kesempatan dirimu untuk bebas mencari tujuan dan impian yang baru. Mungkin kau dia bukanlah untukmu, karena akan datang seseorang yang lebih baik untukmu." Queen sedikit memberi nasihat pada Alex diakhir cerita. "Dan jika kau butuh bantuan, aku akan membantu sebisaku."

***
Gadis itu baru dikenal Alex tapi, gadis itu bisa mengubah Alex dengan mudah, tapi apa memang Alex sudah tidak mencintai Rina. Alex percaya apa yang dikatakan Queen. Di halte itu, Alex mendapati seorang peri menemaninya, menunggunya dalam keheningan, memapahnya saat dia terjatuh karena cinta.

Alex dan Queen menjadi sahabat sejak itu. Alex sangat menghargai Queen, dan sebaliknya. Alex belum tahu bahwa dia mulai mencintai Queen setelah waktu berjalan selama enam bulan. Semester baru pun dimulai.

Hari itu Alex mengajak Queen pergi piknik ke gunung, mereka bermain seperti anak kecil, bahagia. Senyuman di hari cerah itu, sangatlah berharga bagi mereka. Tiba-tiba Alex melihat Queen terduduk di atas batu, lesu, keringat dingin mengalir di kening dan sekujur tubuh Queen. Alex terlihat sangat cemas dan panik menghadapi kejadian itu. Queen bilang tidak ada apa-apa, tapi Alex yakin ada apa-apa.

Queen mengambil obat di dalam tasnya, tapi mereka memutuskan untuk pulang. Queen menolak diantar ke rumah sakit oleh Alex. Alex hanya mengantarkan sampai rumah. Di rumah hanya ada Bi Imah  dan Pak Farit, tapi Queen tetap mengusir Alex.

Dalam perjalanan pulang, Alex menyadari sesuatu. Ketika melihat Queen terduduk lemas, rasa cemas yang dirasakan Alex bukan sekedar cemas biasa. Dia menyadari rasa cemas berlebihan itu bukan sekedar rasa cemas terhadap sahabatnya, tapi cinta.

***
Hari ini, Queen merasa lebih sakit dari biasanya, tapi Alex mengajaknya pergi ke taman untuk mengatakan sesuatu. "Kenapa tidak di rumah saja, sih?!" sangkal Queen saat di telepon Alex. Tapi Alex memaksa bertemu di taman.

Queen pun pergi ke taman, dia mendapati Alex di dekat kolam, duduk di bangku taman itu menghadap ke kolam. Queen mendekat dan duduk di sebelah Alex. Dia baru sadar bahwa Alex membawa bouqete bunga Aster putih kesukaanku. Alex memberikan bunga itu pada Queen.
"Queen, entah sejak kapan aku merasakan perasaan ini, aku tidak menyadarinya lebih cepat, tapi aku yakin dengan perasaanku ini," sedikit hening, lalu Alex melanjutkan, "Aku mencintaimu, Queen."

Queen hanya terdiam, hal yang ditakutinya datang juga, apa yang harus dia lakukan saat ini? Queen merasakan hal yang sama dengan Alex, tapi dia tidak bisa melakukan itu lagi, tubuhnya sudah tidak sanggup.

Sekejap, Queen lari dari tempat itu dengan membawa bunga aster yang diberikan Alex. Queen melihat wajah sedih Alex, itulah yang dia takutkan dan Queen hanya bisa mengatakan, "Maaf."

***
Alex memang sedikit terpuruk setelah menyatakan cintanya. Sejak itu, Alex tidak melihat Queen di kampu. Alex merindukan Queen, tawa cerianya, pertengkarang kecil mereka, gurauan aneh mereka, dan hal lain yang membuat Alex sangat merindukan Queen. Seminggu lalu Alex pergi ke rumah Queen, dia hanya menemukan rumah kosong, bahkan Bi Imah yang selalu ada di rumah pun tidak ada. Namun, hari ini dia bertekat akan ke rumah itu.

Di depan rumah itu, dia mendapati rumah yang sepi, tapi ada sedan hitam terparkir disana. Alex menunggu orang keluar di rumah itu. Akhirnya seseorang keluar dari rumah itu, orang itu memakai jas rapi dan membawa koper besar bewarna biru muda, itu koper milik Queen. Laki-laki ini seperti bukan orang asing yang tidak pernah dilihat Alex. Alex mengingat-ingat dimana dia melihat laki-laki itu.
"Permisi," mulai Alex.
Laki-laki itu terlihat lesu dan sedih, "ya," jawabnya lirih.
"Maaf, Pak! Saya Alex, apakah Queen-nya ada?"
Laki-laki itu terlihat kaget, lalu Alex dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu.Tidak disangka dia sangat merindukan rumah itu.

"Saya ayahnya Queen. Rio Pratama. Aku sering mendengar cerita tentangmu dari Queen. Dia sering menceritakanmu denga ceria," cerita ayah Queen dengan mimik sedih.
"Maaf, Om! Tapi dimana Queen?" tanya Alex sangat khawatir.

Ayah Queen mengajak Alex ke rumah sakit, di ICU Alex melihat Queen terbaring dengan tak berdaya, banyak selang yang terhubung di tubuh Queen. Alex hanya bisa terpaku sedih melihat keadaan Queen. Ternyata Queen terkenya penyakit jantung sejak dia kecil. Penyakit turunan itu juga yang membuat ibu Queen pergi terlebih dahulu. Queen koma sejak 2 minggu lalu. Keadaannya semakin memburuk sehingga mengharuskan Queen dirawat di rumah sakit. 

Setelah Alex mengetahui itu, Alex selalu menemani Queen selama 2 minggu, bergantian dengan Bi Imah dan Pak Rio. Dan selama itulah Queen tidak sadarkan diri. Seminggu kemudian Queen tidak ada di dunia ini.

***
Sebulan kemudia, Alex mulai bangkit dari keterpurukannya atas kehilangan Queen. 
Alex akan pergi ke kampus, tapi dia melihat Pak Rio, ayah Queen mendatanginya, "Saya menemukan ini di kamar Queen, saya rasa ini ditujukan untukmu," dengan menyerahkan buku bertuliskan Queen S. Pratama. Setelah memberikan itu, Pak Rio pergi.

Alex pergi ke taman untuk membaca buku itu, dan sampailah dia di halaman terakhir

Dear, 
Oh, Alex. Alex Rahardian menyatakan cinta padaku. Orang yang sangat kucintai menyatakan cinta padaku. Aku sangat senang, tapi apa yang harus aku lakukan? Apa aku pantas katakan "iya". Tubuhku sepertinya sudah tidak kuat. Aku takut, jika aku menerimanya, dia akan merasa semakin sedih, jika suatu saat aku akan pergi meninggalkannya selamanya.
Aku mencintainya sejak pertama aku bertemu denganya, setiap aku menatapnya, jantungku berdetak lebih cepat. Awalnya, kukira karena jantungku, tapi ternyata bukan. Aster yang dia berikan waktu itu sudah aku simpan. Aku mencintainya. Tuhan kumohon beri aku waktu untuk mengatakan bahwa aku mencintainya.  
Tuhan, aku takut. Aku takut untuk meninggalkannya. Tuhan, beri aku waktu, Kumohon. Aku belum katakan bahwa Aku mencintainya. Tuhan.

Jika aku tidak bisa katakan secara langsung, mungkin buku ini akan diberikan padanya.
Alex, aku berterima kasih karena kau telah memberikanku kehidupan baru. Aku berjalan maju lagi karena aku bertemu denganmu. Aku tidak malas untuk berjuang hidup, karena aku ingin selalu bertemu denganmu. Aku selalu bangkit lagi saat jatuh karena ingin menghampirimu lagi. Setiap keringat usahaku untuk hidup karenamu. Alex, terima kasih karena kau mau mencintaiku.

Queen S. Pratama

-END-

Author : Ludia MP
Theme Song : OH YEAH
Keywords : Maju, cepat, malas, jatuh, keringat.
Project : @YUI17Melodies #MelodiHijauOranye

Comments

Popular posts from this blog

New Cover | Estuary (The Star Lily Lake)

↑ Full Version ↑ ↑ Front Cover Only ↑ More info: © photo to the artist Edited by M.P Use PhotoScape

Bangku Taman, 1 Juli

Jalan sepi yang lenggang itu, dengan paving abu-abu yang mulai berlubang. Jalan ini selalu tampak sepi, jarang ada orang yang melewatinya apalagi ketika hujan bahkan petugas kebersihan pun jarang membersihkan jalan ini. Tidak heran, jalan ini sepi karena terletak di bagian paling pojok sebuah taman. Daun-daun yang berserakan yang hampir tiga hari tidak dibersihkan. Meski jarang dilewati bagian taman ini sangat indah, terdapat pohon maple besar  di setiap sisi-sisi jalan, hamparan rumput hijau yang bersanding dengan berbagai macam bunga, seperti mawar, aster, gerbera, iris, dan lily. Ada juga sebuah sisi dengan deretan bunga matahari. Saat musim semi tiba, hijau dedaunan akan nampak sangat indah, daun yang bertebangan karena musim semi seperti hujan hijau yang tampak indah. Ketika malam tiba, dari taman bagian ini juga bisa melihat berbagai rasi bintang. Taman ini hanya diterangi beberapa lampu taman, sehingga cahaya bintang akan terlihat berkelip indah. Di bawah sebuah pohon mapl

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019