First Love Lies Deep. Cinta pertama sulit untuk dilupakan. Dan itulah yang terjadi.
Hidup itu dimulai sejak aku kecil, saat aku belum mengenal arti cinta terhadap kekasih. Hidup dimana aku masih menanyakan jati dririku sendiri. Hidup dimana aku belum memikirkan orang lain.
Mengenalmu saat itu, bukanlah rencanaku, tapi itu adalah pilihanku. Kau yang tetanggaku sejak kecil, mengisi hariku dengan permainan polos yang menguras keringat. Lagu tawa pun terdengar membahana dariku, darimu, dan teman lainnya. Langit saat itu begitu indah dan terang dipenuhi canda sang awan. Terkadang memang terdengar suara keras dari sang guntur yang membuat kita terpaksa berpisah hingga air hujan turun ke bumi, saat kita saling merindukan.
Namun tak ada halangan untuk bermain di hari hujan. Kau mengajakku memainkan sebuah permainan yang dinamakan monopoli. Begitulah kau menjelaskan dengan sangat terang hingga aku mengangguk tanda mengerti. Lalu kita mulailah cerita hujan kita.
Tertawa keras, menertawakan kebodohan masing--masing. Senyuman yang tergurat itu, takkan pernah kulupakan. Senyuman yang merenggut detak jantungku seketika. Senyuman yang melilit mimpiku untuk terus memimpikanmu.
Matahari bersinar terang siang itu, kita bermain bersama seperti biasanya, berlari-lari untuk menangkap satu sama lain. Kembali ke benteng masing-masing untuk menjaga benteng masing-masing dan berlomba merebut benteng sang lawan. Kau yang di sisi lain, hanya bisa kupandang dari sisi yang berlawanan. Melihatmu berlari dengan semangat dan tawa yang mengembang itu, keringat yang tersiram cahaya matahari seperti kilauan yang kau keluarkan. Siapa pun pemenangnya, aku mendapatkan knangan bersamamu.
Kau membawaku dalam sebuah dunia baru. Dunia dimana tawa selalu ada dalam tangis. Kau memberiku semangat saat aku terjatuh meski itu secara harfiah. Kau membuatku tersenyum dengan segala candaku. Dalam usiaku saat itu aku tak mengerti apa pun. hanya tersenyum dan memujimu dalam kesunyian.
Hingga aku tumbuh dewasa, aku menyadari sesuatu. Rasa debaran jantung itu sudah kau miliki. Debaran yang kupersembahkan untukmu itu. Rasa yang sampai kapan pun takkan tersampaikan. Dalam kesunyianlah aku merasakannya. dan mungkin hanya akulah yang merasakannya sendiri.
Meski seperti itu pun, aku tetap bersyukur atas segala kenanganku bersamamu. Aku takkan menyesali apa pun, meski kau menjauh dariku. Meski kau tak pernah ingin melihatku lagi, aku takkan menyesal.
Thank You for a power of love, your heaven
Comments
Post a Comment