Skip to main content

Bangku Taman, 1 Juli


Jalan sepi yang lenggang itu, dengan paving abu-abu yang mulai berlubang. Jalan ini selalu tampak sepi, jarang ada orang yang melewatinya apalagi ketika hujan bahkan petugas kebersihan pun jarang membersihkan jalan ini. Tidak heran, jalan ini sepi karena terletak di bagian paling pojok sebuah taman.

Daun-daun yang berserakan yang hampir tiga hari tidak dibersihkan. Meski jarang dilewati bagian taman ini sangat indah, terdapat pohon maple besar  di setiap sisi-sisi jalan, hamparan rumput hijau yang bersanding dengan berbagai macam bunga, seperti mawar, aster, gerbera, iris, dan lily. Ada juga sebuah sisi dengan deretan bunga matahari.

Saat musim semi tiba, hijau dedaunan akan nampak sangat indah, daun yang bertebangan karena musim semi seperti hujan hijau yang tampak indah. Ketika malam tiba, dari taman bagian ini juga bisa melihat berbagai rasi bintang. Taman ini hanya diterangi beberapa lampu taman, sehingga cahaya bintang akan terlihat berkelip indah.

Di bawah sebuah pohon maple besar aku berada, menatap keindahan yang selalu berganti di tiap harinya, setiap musim yang akan menampakkan warna yang berbeda di taman itu. Dari tempatku ini, aku mendapatkan cerita hidup yang bermacam-macam, yang selalu berganti tiap saat. Cerita yang bisa membuatku tersenyum juga sedih. Waktu demi waktu aku mendapatkan hidupku sendiri.



Suatu hari, ada dua orang anak yang duduk di tempatku. Musim semi itu aku tertutup oleh daun maple hijau yang berjatuhan, kedua anak itu menyingkirkan dedaunan itu dan duduk di tempatku itu. Anak laki-laki dan perempuan itu baru bertemu, lalu mereka berjalan-jalan ke tempat ini untuk bermain.

"Siapa namamu?" tanya anak laki-laki kepada seorang gadis mungil memakai baju one piece bewarna biru langit dan bermotif awan di bagian bawahnya, rambutnya dikuncir tinggi ke belakang, sepatu putih dengan kaos kaki berenda.

"Namaku Iris," jawabnya dengan menarik tangan anak laki-laki itu menuju sisi taman yang tertanam banyak bunga, gadis itu yang bernama Iris menunjukkan sebuah bunga mekar bewarna biru yang bagian tengahnya bewarna kuning.

Anak laki-laki itu tersenyum bahagia, "wah, sangat indah! Namaku Biru" jawabnya menjabat tangan gadis mungil itu. Anak laki-laki itu tingginya tidak lebih tinggi dari si gadis, memakai baju bewarna hijau dengan gambar pohon ditengahnya, celana jins biru, dan sepatu biru.

Tidak lama dari perkenalan itu mereka sudah sangat dekat, mereka bermain di sana dengan senyuman yang menyegarkan. Mereka juga membersihkan taman itu dengan mengambil daun-daun yang berjatuhan, lalu membuat lubang di sisi taman yang tak terlihat dan tak ditanami rumput. Kemudian mereka memasukkan daun itu ke dalammnya dan menutup dengan lempengan kayu. "Daun-daun ini nanti bisa dijadikan pupuk untuk tanaman di taman ini," kata Biru dengan bersemangat, Iris mengangguk pertanda setuju. Setelah langit menjadi sedikit oranye, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan berjanji untuk bertemu lagi besok.

***
Keesokan harinya mereka datang kembali dan bermain-main di sana. Hampir tiap minggu mereka selalu datang kemari, dan aku hanya bisa mengawasi mereka dan melihat mereka dengan senyuman. Biru sangat melindungi Iris, seperti saat Iris jatuh karena tersandung batu, Biru langsung menolongnya sehingga Iris tidak jadi menangis. Dan Iris menganggap Biru sangat berharga baginya.

Waktu pun sudah berganti, mereka sudah memakai pakaian bewarna putih, dan bawahan bewarna biru. Meski pun begitu mereka masih bertemu di taman itu dan menceritakan kegiatan di sekolah masing-masing. Biru lebih sering menceritakan kegiatan klub-nya yang bergerak dalam penghijauan kota, dia sering menceritakan kegiatan menanam seribu pohon di jalan-jalan kota, sedangkan Iris bercerita tentang klub jurnalisnya dan tidak jarang meliput kegiatan Biru itu.

"Oh ya, besok akan ada kegiatan perkemahan di hutan lindung, kami akan memberikan penyuluhan kepada warga sekitar hutan lindung itu untuk tidak menebong pohon di sana, karena pohon itu untuk melindungi mereka dari bahaya tanah longsor. Jadi, sepertinya aku akan pergi selama satu minggu,"ujar Biru panjang.
"Wah, hebat ya! Greenaration for Our Earth ya! Banyak sekali kegiatannya, aku juga berharap bisa melihat Bumi ini hijau. Semangat!" dengan mengepal tangannya dan mengangkat ke atas, memberi semangat pada Biru.

Seminggu kemudian Biru tidak datang ke tempat ini, hanya ada Iris yang menulis di tempatku, di bawah pohon maple yang bewarna oranye, musim gugur sudah dimulai. Iris terkadang membersihkan taman itu dan menaruh daunnya di tempat mereka biasa menaruh sampah daun.

***
Sekarang mereka sudah memakai seragam putih-abu abu, semakin banyak cerita dari mereka. Biru yang populer di kalangan gadis sekolahnya menceritakan beberapa gadis yang menyatakan cinta padanya, yang kemudian dia tolak.

"Mengapa kau menolak mereka?" tanya Iris. "Bukankah mereka cantik, pandai, tingginya tidak lebih darimu, dan cinta lingkungan?"
"Hmm, benar. Mereka adalah idaman anak-anak di sekolah. Tapi...,"
"Tapi apa?" tanya Iris penasaran. Sekarang Iris memang sudah tidak lebih tinggi dari Biru, dan itu biasanya dijadikan bahan ejekan untuk Biru.

Berjalannya waktu membuat karakter mereka semakin beragam. Iris menjadi gadis manis dengan kacamata dan seorang kutu buku, dia lebih bijaksana, sabar, dan terkontrol. Sedangkan Biru menjadi laki-laki yang kuat, pecinta alam, suka mengikuti kegiatan lingkungan, lebih menggebu-gebu, ceroboh, dan spontan.

Malam ini, Biru datang sendiri dengan wajah sembab dan ingin menangis. dia terdiam di dalam tangannya sendiri dan menghadap ke bawah. Tanpa disadari Iris berdiri di balik pohon pinus basah karena hujan tadi sore. Iris tahu bahwa Biru belum bisa diajak bicara, beberapa menit kemudian Biru menangis dan menjerit sekencangnya.

Iris menghampiri Biru, dengan mengelus rambut Biru yang sedikit basah. Malam ini sangat cerah, berbeda dengan sore tadi yang mendung dan sedikit rintik hujan. Mereka terdiam beberapa saat, keheningan dalam beberapa detik bisa membuat suasana hati Biru tenang.

"Kenapa ibu harus meninggalkanku? Apa dia tidak menyayangiku lagi?" emosi Biru meluap.
"Tidak mungkin ibumu tidak menyayangimu," jawab Iris.
"Lalu kenapa dia pergi?"
"Biru, setiap manusia, suatu saat akan merasakan sebuah kehilangan, ibu, ayah, kau, aku akan pergi suatu saat nanti bahkan pohon pun akan pergi jika saatnya tiba. Dan karena itulah hidup semakin berarti, bukan? Bersedihlah, selama itu tidak menangisi kehilangan itu, karena dia takkan kembali. Bersedihlah karena kau akan mendapatkan hidup yang berbeda karena kehilangan itu."

Biru terdiam dan mendengarkan Iris.
"Kesedihan suatu saat akan menjadi kebaikan, kebaikan berada dalam kekuatan untuk melindungi seseorang. Karena itu kesedihan ada untuk bertahan menjalani hidup dengan segenap kemampuan. Kau mencintai ibumu hingga terpisah, kau harus menghadapi kenyataan itu. Lalu teruslah menatap hari esok untuk menyalakan cahaya 10 tahun sebelumnya, dan hiduplah kembali! Menjadi seseorang yang lebih baik!
Biru menatap Iris sesaat, sedangkan pipi Iris mulai memerah. "Apa itu kutipan dari lagu yang sering kau nyanyikan?"
"Yups," jawab Iris dengan senyum mungil 10 tahun lalu.
Biru mengembangkan sedikit senyumnya,"Tapi aku akan merindukannya."
"Tentu, kau memang harus merindukannya, dan teruslah jalani hidupmu yang baru. Mengerti?"
Biru mengangguk kecil, "Apa judul lagunya?"
"Green A.Live."

Biru memeluk Iris, sedangkan yang dipeluk kaget dengan wajah memerah seperti tomat. Apa yang sedang dirasakan Iris sama seperti yang dirasakan Biru.
"Malam ini indah ya." kata Iris mengalihkan pembicaraan. Mereka duduk di sana malam itu sambil melihat bintang di langit malam itu.

***
Hari ini adalah hari kelulusan, mereka bersenang-senang dan saling mencoret-coret pakaian. Bernyanyi lagu-lagu kesukaan mereka. Makan dan minum saat mereka, jika kelelahan mereka akan bersamaku, berteduh di bawah pohon maple yang bewarna hijau.

Tiba-tiba, Iris memasang wajah serius dan sedih, "Biru!' panggilnya lirih. Lalu Biru menoleh,"Kau tahu, tahun lalu ayahku pergi ke Wina, Austria?" Biru hanya mengangguk. "Tahun ini aku akan menyusulnya.

Biru terpaku dan membelalakkan matanya, "Apa?" jawabnya kaget. Beberapa saat hening dan Biru meneruskan kata-katanya, "Apa kau harus pergi?"
Iris hanya mengangguk, sulit untuk mengatakan kata-kata lain.
"Kau akan meneruskan kuliahmu di sana? Apakah itu mimpimu?"
"Hmm," jawab Iris lirih.
"Aku mengerti. Mungkin aku juga akan jarang di kota ini."
Iris terdiam mengerti, Biru memang akan berfokus dalam impiannya untuk menghijaukan bumi, dia akan masuk ke dalam organisasi pecinta lingkungan hijau. Mungkin Biru akan disibukkan dengan kegiatannya itu.
"Aku akan merindukanmu."
"Aku pastinya merindukanmu," Iris menahan tangisnya.
"Eih, bagaimana kalau kita berjanji untuk bertemu lagi? Di taman ini, duduk di bangku taman ini, di hari yang sama tanggal 1 Juli, bagaimana?"
Iris hanya mengangguk setuju.

***
Lima tahun kemudian.
Seorang gadis dengan memakai baju one piece bermotif bunga Iris dengan memakai topi biru langit, dan memakai sepatu cats putih duduk di bagku taman itu, dia memandang langit biru yang cerah, membawa sebuah buku dan bulpoin. Dia menulis di buku itu, entah apa yang ditulisnya, tapi dia tersenyum saat menulisnya.

Berdiri seorang laki-laki memakai kaos hijau dengan gambar pohon hijau di tengah, di bagian belakang tertulis Greeneration for Green Earth, celana jeans biru, dan sepatu biru. Membawa sebuah pohon kecil di.tangannya.

Gadis itu menyadari bahwa dia sedang diamati. Dia menengadahkan pandangannya ke laki-laki itu dan tersenyum tipis, tapi raut wajahnya sangat bahagia. Laki-laki itu tersenyum dan menyodorkan pohon kecil itu.

"Bagaimana kalau kita menanam pohon ini di taman ini? Pohon yang kita namai dengan nama kita." laki-laki itu memulai pembicaraan dahulu.
"Tentu."
"Demi Hijaunya bumi kita!" teriak dan tertawa bersama.

Mereka berbicara di tempatku, menceritakan kerinduan mereka, mimpi mereka, hidup mereka, dan jalan mereka. Aku bangku taman dengan cat putih, yang terletak di sebelah pohon maple. Bangku taman yang sering tertutup daun, bangku taman yang melihat banyak jalan kehidupan, seperti jalan hidup Iris dan Biru. Aku bangku taman yang melihat senyuman, kebahagiaan, tangisan, dan kesedihan.

Author : Ludia MP
Project for : #YUI17Melodies #MelodiHijauOranye info lain klik disini.
Theme Song : YUI - Green A.Live
Keywords : Hidup, malam, hijau, rindu, jalan


Read : Arti Bunga, Macam Bunga


Comments

  1. Whoa.. sudut pandang 'orang' ketiga. Suka nih cerpen dengan gaya bercerita kaya gini d(^-^)b kalau typonya bisa diantisipasi dulu sebelum dipost, kayanya bakal lebih nyaman bacanya hehe ^^v nice piece anyway :) (@dyanafrianty)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

New Cover | Estuary (The Star Lily Lake)

↑ Full Version ↑ ↑ Front Cover Only ↑ More info: © photo to the artist Edited by M.P Use PhotoScape

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019