Skip to main content

Jalanmu

Kau berjalan pincang sendirian di jalan itu. Jalan yang kau sebut mimpi. Berliku dan penuh dengan belokan tajam. Tak jarang kabut menutupi jalanmu, membuat langkahmu semakin pincang. Satu kaki tambahanmu tak membantu sedikit pun.

Kau terus berjalan, lalu kau lihat jalan berbatu di depanmu. Pijakanmu tak berhenti sedikit pun. Berjalan seakan bebatuan tajam tak terasa sakit di telapak kakimu. Berani bertaruh, beberapa batu menggores kapalan-kapalan di kakimu yang sudah mati rasa.

Sesekali kau harus meripit ke pinggir jalan karen ada yang ingin mendahului. Semak belukar yang tajam dan tertimpa dinginnya embun pagi adalah alarm untuk terus melaju. Jaket tebal yang terpasang rapi seperti tak ada gunanya. Ah, tapi ini adalah pemberian orang yang tercinta, setidaknya jaket itu menghangatkan pikiran.

Berjalan lagi menyusuri jalan setapak yang semakin kecil. "Sudah sampai," katamu dalam hati. Jalan setapak selebar satu meter dan bersanding dengan jurang lebih dari 100meter hanya menghentikanmu beberapa detik, hanya untuk bersiap, bersedia, dan mulai. Kaki tambahanmu kau letakkan di depanmu untuk mengukur kekuatan tanah. Biasa bagimu terpeeset kecil karena embun yang diserap tanah, hingga mereka menjadi becek.

Tidak apa, bagimu itu semua jalan. Katamu itu adalah jalan menuju mimpimu. Mimpi yang tak pernah mengecewakan, banggamu. Perjalanan sepanjang apa pun bukanlah pengorbanan tapi perjuangan yang patut untuk menghargai mimpi ini. Mimpi dimana sebuah rumah yang beserta isinya menantimu. Mimpi di masa sewaktu sendiri pun, kenangan juga sebuah mimpi, ya?


Source Image :luvutoo.blogspot.com
Ayo menulis~~

Comments

Popular posts from this blog

New Cover | Estuary (The Star Lily Lake)

↑ Full Version ↑ ↑ Front Cover Only ↑ More info: © photo to the artist Edited by M.P Use PhotoScape

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019

Bangku Taman, 1 Juli

Jalan sepi yang lenggang itu, dengan paving abu-abu yang mulai berlubang. Jalan ini selalu tampak sepi, jarang ada orang yang melewatinya apalagi ketika hujan bahkan petugas kebersihan pun jarang membersihkan jalan ini. Tidak heran, jalan ini sepi karena terletak di bagian paling pojok sebuah taman. Daun-daun yang berserakan yang hampir tiga hari tidak dibersihkan. Meski jarang dilewati bagian taman ini sangat indah, terdapat pohon maple besar  di setiap sisi-sisi jalan, hamparan rumput hijau yang bersanding dengan berbagai macam bunga, seperti mawar, aster, gerbera, iris, dan lily. Ada juga sebuah sisi dengan deretan bunga matahari. Saat musim semi tiba, hijau dedaunan akan nampak sangat indah, daun yang bertebangan karena musim semi seperti hujan hijau yang tampak indah. Ketika malam tiba, dari taman bagian ini juga bisa melihat berbagai rasi bintang. Taman ini hanya diterangi beberapa lampu taman, sehingga cahaya bintang akan terlihat berkelip indah. Di bawah sebuah pohon mapl