Skip to main content

Estuary: The Star Lily Lake // BAB V Emily

Semenjak pulang dengan keadaan yang tidak menyenangkan dari Danau Star Lily, Emily lebih sering mengunci dirinya dalam kamar dan menatap langit-langit kamarnya. Terkadang dia berbaring do atas kasurnya, duduk di dekat jendela dan menatap kosong halaman belakang rumah yang penuh dengan ilalang setinggi pundaknya, terkadang dia keluar rumah hanya untuk duduk di depan perapian dan memandangi perapian sepanjang hari. Selama aku melihatnya aku sama sekali tida menangkapnya berkedip sama sekali. Aku heran.

Ini sudah hari ketiga semenjak kejadian di danau Star Lily dan yang kulakukan hanyalah memandangi Emily yang melamun, mencoba menangkap setiap kediapan matanya. Ya, aku merasa kesepian. Bahkan Ayah yang biasanya kujadikan teman bicaraku, hampir tidak pernah terlihat di rumah. Dia berpergian sepanjang hari mengurusi dokumen penelitiannya yang jelas tidak bisa kuganggu. Aku hanya melihatnya sesekali saat makan malam dengan terdiam dan mata yang terfokus ke dunia lain memikirkan hal lainnya, aku bahkan diabaikan saat makan malam. Setelah makan malam dia mengubur dirinya dalam tumpukan dokumen dalam kamarnya. Saat pagi pun dia sudah tidak berada di rumah, entah kemana.

Makan malam ini aku sangat senang ketika melihat Ayah berada di meja makan, tapi ekspresi ayah sangat gelisah dan seperti memikirkan sesuatu. Aku cemas, jadi aku bertanya, "Ayah, apa yang ayah pikirkan?"

"Ah," ayah kaget mendengar pertanyaanku, sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku beberapa saat lalu. "Ayah hanya memikirkan berberapa hal yang sedang ayah selidiki?"

Aku memandang ayah dengan ekpresi bertanya dan menunggu ayah untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ayah hanya berkeliling desa sekaligus untuk bertanya pada penduduk lokal tentang danau yang kita kinjungi kemarin. Mereka hanya mengatakan tentang hal-hal biasa seperti keindahan danau tersebut. Ayah akui danau itu cukup indah dengan banyaknya teratai di atasnya. Penduduk juga menyarankan untuk tidak pergi ke danau itu karena cukup berbahaya dan untuk rumah tua di dekat danau tersebut sebaiknya kita tidak memasukinya karena rumah itu cukup rapuh untuk tiba-tiba runtuh. Jadi, Cheryl. Lebih baik kau tidak bermain-main di dekat danau lagi bersama si kembar dan Emily. OK?" Ayahku memandangku untuk mendapatkan persetujuan. Aku hanya mengangguk memahami apa yang dibicaran karena aku tak bisa berjanji. "Tapi..." lanjut ayah dengan ragu.

"Tapi apa ayah?" tanyaku penasaran.

"Salah satu tetangga kita yang tidak jauh dari rumah kita mengatakan hal yang aneh. Mr. Fang mengatakan bahwa danau itu penuh hawa jahat dan dia mengatakan beberapa hal yang membuat ayah sedikit bingung dengan cara bicaranya."

"Apakah itu Mr. Randal Fang, ayah?" aku melihatku dengan wajah bertanya. "Emily pernah mengatakan padaku kalau sebaiknya aku menjauhi Mr. Fang karena Mr. Fang adalah orang aneh yang agak gila dan terobsesi dengan danau Star Lily. Ah, hal itu dimulai semenjak anaknya, ehm, Melissa, hilang saat bermain di dekat danau itu. Dan hingga saat ini, anaknya bahkan jasadnya tidak pernah ditemukan," jelasku menceritakan kembali apa yang diceritakan Emily dengan tidak menambahkan intonasi berlebihan Emily. Aku benar-benar tidakakan bisa menirukan cara bicara Emily. "Lalu apa yang dia katakan padamu, yah?"

"Ah ya, dia memang mengatakan bahwa anaknya hilang ketika sedang bermain di dekat danau dan sampai sekarang jasad anaknya belum ditemukan. Mr. Fang memang sedikit aneh, tapi ayah rasa dia tidak berbohong tentang anaknya." Ayah sejenak masuk dalam alam pikirannya. "Oh ya, dimana Mrs. Lauer dan Emily?"

"Kurasa Mrs. Lauer ada di dapur dan Emily ada di kamarnya. Hari ini aku sama sekali tidak mendengar suara Emily," desahku mengakhiri informasi karena aku cukup merindukan Emily meski kami baru saja bertemu.

Ayahku membalas dengan mengangguk sambil beranjak dari kursinya dan berjalan menuju dapur, sedangkan aku mengikutinya dari belakang dengan kecepatan jalan yang sama. Sesampainya dekat dapur, kami merasakan hal aneh karena tidak mendengar suara dapur yang biasa dihasilkan Mrs. Lauer dari panci, piring, atau apapun yang ada di dapur. Kamu menambah kecepatan jalan menuju dapur dan menemukan bahwa dapur dalam keadaan kosong, pintu belakang terbuka, dan pekerjaan dapur - mengupas kentang - yang masih setengah selesai. Aku dan ayah saling memandang, kemudian menoleh ke arah pintu belakang yang terbuka lebar.

Di taman bekalang kami tidak menemukan Mrs. Lauer atau apapun. Keadaan sudah sangat gelap karena matahari sudah sepenuhnya turun, taman belakang hanya diterangi lampu dari dapur kami, dan yang kami temukan hanya hening bahkan tanpa ada suara angin yang menggerakkan rumput tinggi disana. Ayah berjalan dalam diam, menghampiriku yang berada di tengang pintu, kemudian menutup pintu tapi tidak menguncinya dan mengjakku kembali ke ruang keluarga. Kami duduk dalam diam, tanpa mengomentari apa yang kami lihat dan memutuskan bersama untuk menunggu Mrs. Lauer.

Tiga jam berlalu yang kami habiskan dalam diam dengan membaca buku atau hanya memandangi perapian di depan kami. Sudah jam 11 malam dan kamu masih belum mendengar suara apapun dari dapur. Sepertinya ayah berencana untuk menunggu Mrs. Lauer, "Ayah, apa mau aku buatkan kopi?"

"Hmmm, boleh, terima kasih Cheryl. Jika kau mengantuk, kau sebaiknya tidur lebih dulu. Ayah akan menunggu sebentar lagi."

Aku rasa yang membutuhkan istirahat adalah ayah, aku sudah melihat kantung mata di bawah kaca mata tebalnya, lingkaran hitam yang selalu berada di sekeliling mata ayah semakin gelap saja. Tapi aku hanya membalas tawaran ayah dengan anggukan.

Aku langsung pergi ke dapur membuat kopi untuk ayah dan aku. Aku cukup menyukai kopi karena bisa membuatku benar-benar terjaga untuk menyelesaikan buku yang aku baca. Saat aku berada di pintu dapur aku terkaget melihat sosok Mrs Lauer duduk membelakangiku di meja makan. Dia menunduk, menyanggah kepalanya dengan tangan dan memejamkan matanya, sepertinya dia tidak sadar kalau aku berada di sana.

Aku memutuskan untuk menyapanya, "Mrs. Lauer?" dia masih tidak memberikan respon. Aku mendekat dan menepuk pundaknya pelan, "Mrs. Lauer?"

"Ah!" dia terkaget dengan sedikit melompat dari kursinya dan segera melihatku. "Cheryl? Apa yang sedang kau lakukan disini?" tanyanya dengan sangat cepat.

"Aku ingin membuatkan kopi untuk ayahku. Oh ya, Mrs. Lauer, Anda dari mana malam-malam begini?"

Mrs. Lauer terdiam untuk beberapa detik, "A,a, aku melihat ada yang aneh dari halaman belakang, jadi aku mengeceknya." jawabannya membuatku melihatnya dengan tatapan aneh dan dia sepertinya sadar kalau aku akan mempertanyakan pernyataannya, maka dia menambahkan dengan cepat, "Ah, biarkan aku yang membuatkan kopi untuk kalian, kau tunggu saja di ruang keluarga."

Aku mengangguk dan tidak memperpanjang percakapan kami. Aku berbalik menuju ruang keluarga, tapi aku berbalik lagi menatap Mrs. Lauer, "sepertinya tidak perlu membuat kopi, Mrs. Lauer."

"Kenapa?"

Aku menunjuk ke arah Ayah yang diikuti Mrs. Lauer, kami melihat ayah yang sedang tertidur pulas di kursi panjang ruang keluarga, "sepertinya aku juga akan tidur saja," aku menambahkan dan berjalan ke arah kamarku, sebelumnya aku mengambil selimut untuk meyelimuti ayah.


***
A/N
Sorry, for late update.
Kuota data yang kurang bersahabat dan suasana hati yang sedikit down. dan lebih banyak mood malas menjangkit. Dan aku ditangkap dengan ide cerita lain. :) Hope it will be going well even it takes times. Sampai jumpa di chapter selanjutnya.


Comments

Popular posts from this blog

Hal yang kusukai

Aku sangat menyukai langit cerah di malam hari Setelah hujan seharian. Hal itu mengingatku pada diriku saat kecil Yang masih sangat polos. Sekalipun hanya kata sederhana yang bisa kulontarkan "Indah" Tanpa perlu memikirkan masa depan Apa yang akan terjadi esok Apa kata orang Apa aku berhak hidup Hari ketika aku menangis seharian Dan langit malam itu sanggup membuatku tersenyum Namun itu juga mengingatkanku pada malam Saat aku bertanya pada diriku "Apakah ada dunia tanpa diriku?" "Akankah itu lebuh baik?" Aku merindukanmu bukan karena aku mencintaimu Aku merindukanmu karena kau mengingatkan diriku Yang dengan sederhananya melambaikan tangan padamu Untuk mengucapkan selamat tinggal pada masa terbaikku Ditulis tanggal 05 April 2019

New Cover | Estuary (The Star Lily Lake)

↑ Full Version ↑ ↑ Front Cover Only ↑ More info: © photo to the artist Edited by M.P Use PhotoScape
Aku menari di lautan hijau yang luas, Aku berjalan di hamparan biru laut yang lapang, Akankah aku bisa berhenti di tanah yang gersang Tanpa mendamba lagi mereka.